top of page
Search

Realisasi Masyarakat Madani: Kehidupan Bermasyarakat Desa Adat Ngadas

Oleh : Lodi Wardana Dalam negara Indonesia masyarakat memiliki model dan corak budaya damai yang berlangsung sejak lama dan terus menerus hingga saat ini. Situasi dan kondisi dimana masyarakat terdiri dari identitas sosial yang berbeda-beda baik dari suku, agama, maupun golongan, mereka memiliki mekanisme budaya yang dapat dimungkinkan masyarakat tersebut dapat menerima perbedaan dan menerima kehidupan secara berdampingan satu sama lain secara damai. Mekanisme budaya yang tercorak ditunjukkan dalam bentuk tradisi-tradisi local yang memiliki nilai kearifan bagi munculnya sikap kerukunan dalam berinteraksi dengan pihak lain.


Setiap suku bangsa yang terdapat dalam Indonesia memiliki acuan norma-norma yang bersumber dari corak budaya masing-masing, yang dikenal dengan kearifan local atau kebijakan local. Dalam budaya jawa memiliki falsafah “guyup rukun, rukun agawe santosa crah agawe bubrah”, lalu budaya bali memiliki norma sosial “menyama braya”, suku sasak memiliki konsep “patut patuh patju”, suku dayak memiliki konsep “rumah betang”, suku timor memiliki tradisi “okomama”, dan sebagainya (Sulaiman, 2015: 5). Bahkan masyarakat Jawa memiliki berbagai pengungkapan tradisional yang memiliki kontribusi terhadap nilai kerukunan sosial, bahkan dapat dikatakan juga disebut sebagai bagian dari resolusi konflik. Kearifan local tersebut berkaitan sangat erat dengan suatu budaya tertentu sehingga mencerminkan cara hidup dalam bermasyarakat, terutama berkaitan dengan tata cara interaksi sosial.


Salah satu faktor yang memiliki pesan kerukunan bagi masyarakat adalah cerita rakyat yang dimiliki dan dilestarikan oleh masyarakat Desa Ngadas Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang. Masyarakat pedesaan Ngadas tersebut termasuk kedalam komunitas Tengger, karena masyarakat desa yang terletak di lereng pegunungan Bromo, di tengah-tengah Taman Nasional Bromo Tengger Semeru ini memegang kuat tradisi dan adat istiadat Suku Tengger.


Segala alinea yang telah dijelaskan diatas merupakan sebagian sisi yang pernah tertanam dalam naskah Ideologi HmI perihal Keindonesiaan HmI yang memandang bahwasanya kebudayaan, segala corak kehidupan bermasyarakat dan bernegara dalam Indonesia bukanlah merupakan suatu sisi yang tidak dapat terpisahkan dari orientasi pengetahuan dan keimanan, namun merupakan anugrah Allah SWT yang diturunkan kepada manusia. Dan kultur budaya damai yang sejak lama telah terbentuk tidak terlepas dari orientasi pengetahuan yang tidak dapat disingkirkan dikarenakan hal tersebutlah yang memunculkan adanya nilai norma sosial yang telah terpatri dalam masyarakat budaya.

 
 
 

Recent Posts

See All

Comentarios


©2022 by HMI KISIP BRAWIJAYA

Developed by Bidang Kewirausahan dan Pengembangan Profesian

bottom of page